Mengenal Wayang Lebih Dekat Di Jogja International Heritage Festival
Suasana Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Kamis (8/11) dipenuhi oleh aneka wayang yang dipamerkan dalam perhelatan Jogja International Heritage Festival (JIHF) sejak tanggal 5 – 11 November 2017. Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ini rutin diadakan setiap dua tahun sekali dengan bertemakan warisan budaya Indonesia yang mendunia dan bersifat tak benda yang bertujuan untuk mengenalkan warisan leluhur secara lebih dekat kepada masyarakat. Pada JIHF 2017, tema yang dipilih adalah ” Wayang : Lakon tanpa batas”.
Pada soft opening acara, sabtu (4/11) ditampilkan pertunjukan wayang klasik di Pendopo kecamatan Mantrijeron bekerjasama dengan Paguyuban Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Yogyakarta, dilanjutkan pembukaan acara JIHF, minggu (5/11) dengan acara Sanding Dalang 1000 bocah di Tugu Jogja dan peresmian acara oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Wayang yang ditampilkan merupakan koleksi Museum Wayang Jakarta, Kekayon, Sonobudoyo, Kraton Yogyakarta, dan Puropakualaman beserta koleksi perorangan dari milik Ki Enthus Susmono, Ki Manteb Sudarsono hingga Papermoon puppet.
“Beberapa koleksi yang ditampilkan milik dalang-dalang yang tenar pada zaman itu ada (Alm) Pak Timbul dan (Alm) Pak Kasman itu kita pinjam dari ahli warisnya yang juga seorang dalang”, Ujar Guntur, Panitia Dinas Kebudayaan DIY.
Wayang – wayang yang ditampilkan tidak hanya dari Indonesia namun juga dari India, Thailand, Malaysia, Kamboja, dan Vietnam yang merupakan koleksi museum wayang dengan berbagai genre yaitu wayang klasik, religi, hingga modern. Uniknya, saat melintasi ruangan pameran wayang dari Keraton Yogyakarta dan Puropakualaman akan dijumpai sesajen bunga sebagai bentuk penghormatan pada wayang cerita Kresna Duta yang dibuat dari masa Sri Sultan Hamengkubowono VII.
“Kalau dari Kraton, wayang – wayang yang sudah lama memang diberikan bunga karena peninggalan nenek moyang dari tahun 1800-an”, jelas Cermo kuncoro, abdi dalem Kraton Yogyakarta Kridomardowo khusus perwayangan.
Pameran Wayang : Lakon tanpa batas sukses menarik minat masyarakat tak terkecuali, seorang turis asal Perancis bernama Isabel menuturkan “Pameran ini sangat menarik dan indah ditambah lagi dengan pemandu pribadi yang menjelaskan wayang-wayang disini. Wayang sangat indah dan saya ingin mempelajarinya, saya suka dengan wayang modern namun yang tradisional juga menarik” imbuhnya.
Dalam pameran ini ditampilkan wayang tertua dari India yang dibuat tahun 1870,dan masih banyak wayang unik seperti wayang nasionalis dan wayang hiphop karya Ki Benyek Catur Kuncoro. Selain dipamerkan, ditampilkan pertunjukan wayang di Monumen Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta, setiap sore hingga malam hari selama acara Jogja International Heritage Festival berlangsung.
Penulis : Kitana Larasati