Seminar Ilmiah Junjung Tinggi Bahasa Persatuan
![]() |
suasana seminar di Ruang Koendjono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang diadakan pada Rabu (16/11) |
“Dengan adanya seminar pada hari ini kita mendapat pelajaran dan tahu kapan kita harus menggunakan bahasa baku dan kapan menggunakan bahasa gaul. Kita boleh menerima bahasa dari luar, yang penting kita bisa menjaga dan menjunjung bahasa Indonesia,” harap Feeling Bakrie selaku ketua panitia seminar ilmiah.
“Bahasa Kaum Muda Kendala Pemartabatan Bahasa Indonesia”, adalah tema yang diangkat oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) untuk Seminar Ilmiah untuk mahasiswa PBSI di Ruang Koendjono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang diadakan pada Rabu (16/11).
Tema yang diangkat tahun ini dilatarbelakangi oleh munculnya bahasa gaul yang marak digunakan kaum muda. Banyak kaum muda yang dalam situasi formal masih menggunakan bahasa gaul.
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang melibatkan mahasiswa sebagai pembicara.. Dalam Kegiatan tersebut diundang empat pembicara dari dalam dan luar kampus. Pada sesi pertama diisi oleh dua pembicara yaitu Antonius Nesi, S.Pd dari program studi S2 PBSI dan pembicara Dani Rianti dari Universitas PGRI. Kemudian pada sesi kedua diisi oleh pembicara yaitu Ignatius Banu Pratama Putra dan Pilipus Wai Lawet yang merupakan mahasiswa program studi PBSI.
Kegiatan tahunan yang diadakan HMPS PBSI ini dihadiri oleh mahasiswa dan dosen program studi PBSI Universitas Sanata Dharma serta mengundang mahasiswa dari beberapa kampus di Yogyakarta, seperti Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Universitas PGRI, dan Universitas Ahmad Dahlan.
penulis : Paulina Kurniaty Sung